Senin, 29 Juni 2015

Review Film Miracle in Cell No.7 (K-Movie)

Miracle in Cell No. 7 memang bukan film baru. Film ini sudah rilis sejak 2013 lalu dan memiliki rating yang cukup bagus. Umumnya yang menonton film ini adalah para penggemar Drama Korea karena salah satu pemain film ini adalah Park Shin Hye yang naik daun setelah rilisnya K-Drama "The Heirs".


Sinopsis :
Seorang ayah dengan keterbelakangan mental hidup berdua dengan putrinya yang saat itu masih kecil namun sangat cerdas. Mereka bukan keluarga yang berkecukupan, namun ayahnya akan melakukan apapun demi putri semata wayangnya. Putrinya sangat menyukai sailor moon dan sudah sejak lama menginginkan tas bergambar sailor moon dari suatu toko. Sebelum sang ayah menerima gaji dari pekerjaannya, tas itu sudah dibeli oleh seorang jendral polisi untuk putrinya. Namun sang ayah mencoba meminta agar tas itu tidak dibeli oleh sang jendral.

Pada saat sang ayah menerima gaji, ia bertemu dengan si anak jendral kemudian anak itu mengatakan padanya akan menunjukkan toko lain yang juga menjual tas sailor moon. Namun dalam perjalanan anak tergelincir es hingga kepalanya bocor dan meninggal. Sang ayah berketerbelakngan mental mencoba memberi pertolongan pertama, namun orang lain yang melihatnya mengira ia sedang melakukan kekerasan seksual.

Kasus ini menjadi sulit bagi sang ayah dan putrinya. Mereka tidak memiliki siapa-siapa yang dapat membela. Apalagi korban meninggal adalah putri dari Jendal Kepolisian, sehingga hasil pemeriksaan dibuat sedemikian rupa bahwa sang ayah tersebut benar-benar bersalah dan terbukti membunuh dan melakukan kekerasan seksual terhadap anak kecil. Tetapi banyak hal-hal penuh keajaiban terjadi selama di penjara.

Sang ayah akhirna menerima hukuman mati. Setelah putrinya dewasa (Park Shin Hye) ia mencoba mengajukan kembali kasus ini ke pengadilan untuk membersihkan nama ayahnya. Untuk membalikan putusan hakim bahwa ayahnya tidak bersalah meskipun telah meninggal oleh hukuman mati dan ayahnya bukan orang yang terkenal. Namun bagi putrinya, sang ayah tidak bersalah dan kasusnya harus diperjuangkan.
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bukan pemain, bukan setting tempat, bukan fashion, bahkan bukan romantisme yang ditonjolkan dalam film ini. Idealisme keadilan dan realita yang membuat cerita ini sangat mengharukan. Film pada umumnya menambahkan sedikit rasa 'romance' agar filmnya menjadi menarik. Tetapi dalam film ini hubungan kekeluargaan terutama antara anak dan ayahlah yang menjadi bumbu. Meskipun tanpa 'kiss scene' ataupun pemain ganteng, film ini tetap sangat recomended untuk siapa saja.

Banyak pelajaran positif yang dapat kita ambil dari film ini. Memang tidak seseru menonton film action maupun fantasi, namun jika mencari hiburan yang tidak sekedar hiburan, alias bermutu film ini bisa mengisi waktu luangmu. Selamat menonton! Semoga bermanfaat ^^

Kufurkah Aku Terhadap Waktu Luangku?

Malu rasanya. Serasa ditampar dan disadarkan lewat mulut anak-anak kecil, lewat suaranya yang menggetarkan hati.

Jum'at yang lalu, tepatnya Jumat, 27 Juni 2015 aku bersama teman-teman asatidz (pengajar) TPA Baturrahmah mendampingi santri-santri kami menampilkan hafalannya di Masjid At-Tauhid. Masjid kampung sebelah. Ini adalah hari pertamaku kembali mendampingi mereka setelah setahun vakum untuk fokus belajar.

Mengenakan seragam asatidz kebanggaan kami dengan hati yang senang, aku datang ke Masjid Al-Ma'ruf. Sudah berlarian di sana santri-santri ku dengan beberapa asatidz yang lain.

"Ayo sekarang duduk dulu, di tata. Nanti tampilnya duduk yang rapi, ya!" Ustadzah Hanifa memberi komando. Komando yang lembut, yang menyihir peri-peri periang menjadi tenang.

Mereka mulai menghafal. Semua asatidz mendampingi menghafal. Subhanallah...



Subhanallah....
Subahanllah....
Subhanallah....

Aku bahkan tidak bisa mengikuti. Mereka membaca surat Ar-Rahman ayat 1-40. Aku hanya terdiam di belakang. Malu rasaya. Serasa ditampar dan disadarkan lewat mulut anak-anak kecil, lewat suaranya yang menggetarkan hati.

Setahun aku tak mendengar mereka mengaji. Hari itu, hari dimana aku merasa sangat bodoh. Apa yang aku lakukan selama ini? Yang kukejar hanya dunia. Astaghfirullahal'adzim...

Aku hanya hafal beberapa ayat awal hari itu, bahkan tidak sampai 10, tapi mereka? 40 ayat. Hanya satu atau dua dari mereka yang baru saja tamat SD. Sementara yang lain lebih muda. Semua asatidz sudah bisa mendampingi mengahafal. Hanya aku. Hanya aku yang belum hafal. Hanya aku. Hari itu akulah yang paling bodoh. Hari itu aku merasa nilai yang kukejar selama vakum dari TPA tidak ada artinya. Nilai 100,0 ku bahkan terasa lebih rendah dari pada hafalan mereka. Aku merasa tidak pantas menyebut mereka sebagai santri-ku lagi.

Apa yang sudah kuhabiskan selama ini? Sia-sia kah yang ku lakukan? Kufur kah aku terhadap waktu luangku? Astaghfirullahal'adzim...

Semoga santri-santri yang hebat itu Allah kuatkan imannya untuk terus menghafal. Untuk tidak pernah berhenti mencintai Al-Qur'an. Untuk bisa berdakwah nantinya. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dengan keislamannya. Semoga menjadi amal jadi bagi teman-teman asatidzku yang telah membimbing mereka sepenuh hati.

Semoga perjuangan teman-temanku tidak hanya sampai di 40 ayat atau seluruh Ar-Rahman. Tapi sebanyak mungkin, hingga lebih banyak murid yang hafal Al-Qur'an, hingga lebih banyak lagi Muslim yang cinta Al-Qur'an. Semoga aku juga bisa ikut berjuang dalam perjuangan-perjuangan selanjutnya... Aku mencintai kalian karena Allah