Jumat, 06 Maret 2015

Organisasi?

Menginjak usia remaja seperti sekarang ini bukan hal yang mudah. Diri kita sendiri sebenarnya sedang mencari jati diri. Kita belum punya prinsip dan keteguhan hati. Mental kita masih sangat rapuh. Oleh karena itu, lingkungan kita sangat menentukan seperti apa kita nantinya.



Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membuat karya ilmiah sederhana tentang pengaruh organisasi terhadap kehidupan sehari-hari remaja. Meskipun hanya karya sederhana, (itupun saya buat karena tugas) tetapi saya merasakan sendiri manfaatnya. Saya mengamati bahwa kegiatan organisasi sangat berpengaruh pada kepribadian, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bergaul anggotanya. Jika diamati, perbedaan antara remaja yang tergabung dalam organisasi dengan yang tidak sangat ketara. Misalnya, remaja yang tergabung dalam organisasi lebih berani berbicara di depan umum ketimbang yang tidak mengikuti organisasi. Kenapa? Karena ternyata, dalam organisasi angotanya memiliki pengalaman berbicara, paling tidak pernah mengamati ketua organisasi/anggota lain berbicara di depan umum dari dekat, sehingga tidak terlalu canggung ketika harus berbicara di depan umum. Meskipun tidak berpengaruh terhadap kecerdasan intelektual, namun ternyata kegiatan organisasi (tentu saja organisasi yang positif) sangat bermanfaat bukan?


Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita petik dari kegiatan organisasi, seperti lebih percaya diri dalam bergaul, memiliki pengalaman dalam penyelenggaraan kegiatan, memperbanyak relasi, dan sebagainya.

Perlu diingat, bahwa pada jaman penjajahan, peran organisasi terutama organisasi pemuda adalah cikal bakal semangat perjuangan kemerdekaan yang terarah. Melalui organisasi pula, para pelopor perjuangan kemerdekaan dapat menyebarkan semangat juang, pembelajaran, dan menumbuhkan pola pikir yang kritis. Bahkan, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yang menyadari besarnya pengaruh kegiatan ini, hanya sedikit partai maupun organisasi rakyat yang diperbolehkan berdiri. Sebagai gantinya, Jepang membentuk organisasi sebagai wadah rakyat yang ingin berorganisasi, namun dibawah pengawasan Jepang. Selain itu, melalui organisasi bentukan Jepang pula, Jepang menyebarkan propaganda dan janji kemerdekaan, serta menghimpun tentara untuk membantu Jepang dalam perang melawan sekutu.


Melihat besarnya pengaruh dari organisasi tersebut, menjadikan kita harus hati-hati dalam memilih organisasi yang akan kita ikuti. Jangan sampai, hanya karena melihat program kerja dan produktivitasnya yang amat berkembang, kita jadi serta merta mengikutinya tanpa melihat keseluruhan akibatnya. Seperti yang terjadi pada korban PKI.

Saya menulis entri ini tanpa sara dan tanpa maksud tertentu. Saya menyadari hanya sedikit pengetahuan saya tentang peristiwa G-30S/PKI dan akibat setelahnya. Saya hanya ingin memberikan gambaran kepada pembaca bahwa organisasi memiliki pengaruh yang amat besar.

Menurut beberapa sumber dari internet yang pernah saya baca, serta mendengar beberapa cerita, ternyata banyak diantara anggota PKI yang dihukum pasca-G-30S/PKI yang tidak tahu-menahu tentang kejadian tersebut. Yang paling miris dan meyayat hati adalah GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia). Organisasi ini adalah perhimpunan wanita di bawah PKI yang kala itu (1950-1960an) sangat berkembang pesat mulai dari penyaluran seni, kontribusi pendidikan dengan mendirikan taman kanak-kanak, hingga melatih wanita untuk turut berjuang.


Di tengah pesatnya perkembangan organisasi tersebut, akan banyak masyarakat yang terpanggil hatinya untuk ikut andil dalam program kerja yang amat mulia itu. Namun siapa sangka ternyata PKI melakukan penyerangan kepada Para Jendral yang mayoritas adalah Angkatan Darat masa itu dengan melakukan penculikan dan pembunuhan di Lubang Buaya. Peristiwa mengerikan ini mengakibatkan dihukumnya seluruh anggota Partai PKI dan organisasi di bawahnya tak terkecuali GERWANI. Ada berapa banyak wanita yang dipenjarakan, diadili, dan disiksa karena bungkam ketika ditanyai mengenai gerakan PKI atau lokasi teman-temannya. Wanita-wanita yang awalnya berniat mulia malah berbuah petaka. Menjalani hukuman yang berat, terpisah dari suami, anak, keluarga, dan sulit mendapatkan pekerjaan setelah bebas dari penjara.

Begitulah jika kita tidak hati-hati dalam berorganisasi. Jika sejak awal PKI tidak diperbolehkan karena tidak mengakui Tuhan yang bertolak belakang dengan Pancasila sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" mungkin tidak akan begitu parah akibatnya (wallahu a'lam).

Dari fakta tersebut, kita menjadi belajar untuk lebih berhati-hati dalam mengikuti organisasi. Lihat dari nama, misi, dan dibawah siapa organisasi itu berdiri. Jangan sampai Indonesia kehilangan generasi bangsa yang cerdas, kritis, dan berani, hanya karena terjerumus ke dalam organisasi yang salah. Semoga kita selalu dilindungi oleh-Nya.

Ini adalah tuangan pikiran saya sore ini. Semoga, dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan juga bagi penulisnya. Saya minta maaf jika terdapat kesalahan di dalamnya. Hidup Generasi Indonesia! :D
Keep spirit fisabilillah!

Sources :
http://news.okezone.com/read/2011/10/01/340/509376/ini-kisah-ketua-gerwani-kabupaten-blitar
http://www.merdeka.com/peristiwa/gerwani-nyanyian-sunyi-srikandi-merah.html
http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/04/mbah-lestari-menatap-senja-158260.html
http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20131108/25-fakta-tentang-gerwani.html